11/18/2019

Well...


Sesebel-sebelnya gue sama negara gue beserta isinya, gue tetep sayang sama Indonesia karena tempat ini tempat gue lahir dan nemu berbagai karakter manusia.

Mungkin bagi kalian yang deket sama gue, yang suka ngobrol sama gue, atau yang kenal gue deket. Pasti tau kalau gue itu dari dulu suka mengomentari negara gue beserta orang-orangnya. Dikarenakan hobinya mengomentari dan ketidakingintahuan serta mudah menjatuhi seseorang dengan ucapannya, gue pun suka emosi terhadap hal-hal tersebut.
Dulu gue kira dengan gue kuliah, gue akan puas. Membayangkan tidak ada lagi namanya tinggal sama keluarga, gue survive sendiri kemana-mana, pergi ke kota lain dan mencari tau gue orangnya seperti apa, ketemu orang-orang baru dari daerah lain, nggak heran kalau gue waktu itu tidak sabar untuk cepat-cepat kuliah dengan harapan gue belajar buat tahan banting.

Setelah hampir 3 bulan dimulai dari agustus tahun ini, bisa dibilang gue kangen diri gue. Mungkin lebih baik kalau gue bilang, gue kangen dengan semangat gue pas bangun tidur. Entah mengapa 4 bulan yang lalu asam-manis hidup gue benar-benar melekat di pikiran. 3 bulan yang lalu gue akhirnya menemukan alasan kenapa gue harus cinta sama diri gue. Gue nggak cinta gue nya, gue cinta otak dan hati gue yang fokusnya masih seimbang.
Kegembiraan dan kesedihan yang pernah gue alami benar-benar menjadi belati yang tajam, yang cukup menusuk disaat gue lagi sendirian. Dari situlah hadir akun kedua dari instagram gue, untuk cerita apa aja yang lagi gue rasain, gue pendem, dari ketawa nyampe nangis, sampe pas gue liat gue nangis di akun gue itu gue ngetawain diri gue dan ngomong "gila ya lu sesedih itu apa yan dulu".
Seperti sekarang, gue seharusnya ngerjain tugas buat besok. Tapi lagu-lagu yang tershuffle di Spotify mem-flashback banyak cerita. Gue pun meninggalkan tugas gue untuk nulis blog, aktivitas yang bisa bikin gue nggak sendiri.
Lagu-lagu ini mewakili setiap kejadian yang gue alami. Superheroes nya The Script membawa gue ke bulan Agustus-September 2019, bulan paling berat di tahun ini. Nggak tau kenapa lagu ini selalu bikin gue gundah, sampai sekarang. Sewaktu Spotify memutar lagu The Script yang berjudul Six Degrees of Separation, gue jadi keinget kalau gue orang yang terbebani untuk masalah perasaan. You've read the books.You've watched the shows. What's the best way no one knows. Meditate, get hypnotized. Anything to take it from your mind. But it won't go. Sementara lagu-lagu Maudy Ayunda, sudah pasti kalian tau kemana lagu ini membawa gue. Bukan kemana, melainkan ada apa dengan gue.

Gue kesel, gue marah. Gue susah lupa akan suatu hal. Gue butuh bekerja sama dengan hati gue untuk bisa mengabaikan kejadian yang berbau perasaan, tapi yang muncul cuma serpihan-serpihan emosi yang ditahan, yang bikin gue bingung sebenernya gue kenapa.
Gue kangen main sama temen-temen gue, temen deket gue, temen yang gue percaya buat jadi tempat cerita gue. Gue suka cara mereka bikin gue marah, kesel, sedih, senyum, ketawa sampai nangis. Mereka yang selalu nerima gue dengan tangan terbuka saat gue sedih bingung. 

Gue sekarang susah nemuin kalian. Orang-orang pertama yang kalau gue sedih langsung bikin gue harus keluar rumah, nggak ada yang bisa gantiin kalian.
Kalian terlalu berarti.

0 Comments:

Posting Komentar