1/31/2021

On My Way

Sekarang gue lagi dikamar habis liat Tiktok - Viu - Youtube. Perasaannya kurang lebih baik dan tipikal Abu-Abu banget.
Layar-layar handphone dan langit-langit putih. Sedikit langit & jalan gue liat. Sinyal selalu kencanggg sekarang. Mengingat pikiran gue lagi di antah berantah gini.

Ngomong-ngomong gue mau terima kasih sama Gue, diri gue sama GUE. Gue bikin tulisan tentang hubungan gue sama diri gue. Maunya sebagai ungkapan ketenangan. Bagi yang mau baca tulisan-tulisannya, bisa baca sampai selesai di sini.

Gue pengen nulis aja, enjoy :)

*Sekiranya bukan kiasan kalimat belaka, tapi cerita yang ada dan menenangkanku.





2 insan


Antara 'A'ku dan 'D'iriku


Keduanya bersatu karena tanpa alasan


Namun


Terkadang terpisah dalam kurun waktu yang tidak diduga


Berharap tetap akan bersama dan kuat dari tepisan hujan batu


Inilah diriku yang nyatanya terpisahkan karena kesulitan


Kesulitan menerima masalah yang ada


Dipisahkan harapan
Keputusasaan
Amarah
Kesedihan
Kebencian


Sang 'A'ku di Dunia nya


sedangkan


Sang 'D'iriku di Masalah nya


Bagaimanapun, pada logikanya, ini sulit


Tapi ini hebatnya peranan kondisi DIRIKU, dia bisa begitu bahagia dan juga bisa begitu sakit


Bisa kubayangkan, pasti betapa inginnya sang 'D'iriku datang ke Dunia demi hinggap ke rengkuhan sang 'A'ku


Bisa kubayangkan, pasti betapa inginnya sang 'A'ku memeluk sang 'D'iriku secara mendadak demi sebuah ketenangan


Dan juga bisa kubayangkan bahwa betapa inginnya sang 'D'iriku meruntuhkan topangan bahu kanannya demi bersandar di rangkulan dan gempatan peluk sang 'A'ku di Dunia





Keduanya bahagia kalau mereka benar bertahan dengan keadaan


Dan mereka seperti buah dari keromantisan nuansa pertolongan yang gemerlap








Untukmu ku gagahkan peganganku untuk 'A'ku dan 'D'iriku.


Thanks, Me! Keep going :)

1/24/2021

{Enter Title Here}

Sorry about the title right there. I'm not good at naming stuff :)

Males banget nulis nih ya. Hmm....Banyak sih yang terjadi belakangan ini yang bisa diceritain. Ada tentang presiden, serangan Israel ke Palestina dan kehidupan pribadi. Soo.. Gue rangkum aja ya semuanya dalam satu postingan.

Sekarang ini gue hanya fokus ke diri gue sendiri sih. Gue udah nggak terlalu banyak ketemu orang-orang dan main bareng ataupun komunikasi bareng seperti chattan bales cepet atau nimbrung di grup gitu (padahal sebenernya gue liat notifikasi nya). Sebenernya ada cerita menarik dari keansosan gue sekarang. Kalo mau diceritain mungkin beberapa orang akan nganggep gue childish kali ya? Atau terlalu sensitif mungkin? Atau mungkin ada orang yang gue kenal saat ini terus gue nggak suka? Terserah. Let me put it this way, I know how to respect others and I'm always nice to people. Malah kadang overly nice. Tapi mungkin karena itu jadi gue nggak dianggep sebagai orang yang harus disegani? I don't know. Jadi gini, gue bukan orang yang selalu ada maunya kalo ngapa-ngapain. Gue nggak pernah punya niatan untuk menguntungkan diri sendiri when it comes to kerja bareng-bareng. Apapun yang keluar dari mulut gue itu 100% untuk kebaikan semaunya. (Sialnya) gue juga bukan orang yang tau cara berbicara manis dan senyum-senyum. Kenapa gue bilang sial? Iya, ternyata sebagai orang Indonesia kita harus pandai berbicara. Mau dikata ini jaman modern milenium globalisasi atau apapun orang Indonesia itu tipikalnya gampang sakit hati kalo ada orang yang terlalu blak-blakan. Yaa gue juga terkadang suka sakit hati sih, tapi ya kalau gue emang beneran disakitin. Not because of this small silly things. Ngerti kan arahnya kemana? Iya, jadi banyak gitu yang nggak suka cara ngomong gue yang mungkin menurut mereka terlalu keras menusuk ke hati. Gue bahkan nggak menyerang personal. Gue hanya mengkritik hal kecil dengan niat yang baik. When I found out about this, I was totally disappointed. Kenapa? Lagi-lagi karena ekspetasi gue terhadap orang-orang yang udah deket itu bisa lah di ajak fair-fairan. Kalo nggak suka bilang nggak suka, kalo bagus bilang bagus. Ternyata nggak. Yang lebih bikin gue kecewa adalah gue nya jadi diomongin dibelakang. Ini nih hal yang paling gue nggak suka sedunia dan akhirat : dibohongin dan di omongin di belakang. Gue ngerasa dibegoin aja sih. Entah, mungkin karena selama ini gue bermain fair? Sejauh ini gue kalau ada masalah sama orang selalu gue ngomong ke dia biar dia tau dan biar dia tidak merasa dibohongin sama gue. Nggak tau lah.

Nggak cuma itu sih yang bikin gue akhirnya males. Jadi waktu itu ada ngobrol2 gitu lah. Terus ada satu sesi dimana lo bisa ngomong apa aja yang lo pendem selama ini. Terus ya gue lakuin lah ke satu orang. I thought kita bakal memperbaiki kekurangan masing-masing dan saling memaafkan gitu. But no, gue malah disuruh deal with it dan dijauhin tiba-tiba. Dan yang begitu itu bukan orang yang gue tuju doang, tapi orang lain yang ada disitu juga. I was so speechless man. In total shock banget. Like, "What the?".
Awal-awal gue merasa terganggu banget sama semua ini. Gue ngerasa kesel banget-bangetan sampe akhirnya gue curhat ke bibi gue. Dia pun menyarankan gue untuk mundur aja dari lingkaran itu. Setuju sih. Gue rasa gue akan terus-terusan dirugikan dan disalahkan karena gue melakukan sesuatu yang menurut mereka salah. Terlebih asal gue dan dari dari kecil juga gue nggak di didik lemah-lembut kayak tuan putri. Selama ini yang nyokap selalu ajarin adalah kita harus baik sama orang dan kita harus banget ngertiin orang. Tapi kalo orang itu makin lama makin ngelunjek karena keenakan (contohnya begini nih), ya peringatin dan tinggalin. Kalo berpikir atas asa take-and-give, sebenernya orang-orang macam begini kerjaannya take melulu dan never give back.

Intinya gue kecewa dengan orang-orang disekitar gue yang ternyata nggak ada bedanya sama pas jaman SMP-SMA dulu. Dimana lo bakal gampang tersinggung cuma gara-gara hal kecil. Dimana lo bakal tiap hari ngomongin orang lain dibelakang, tapi kalo didepan bertingkah seakan-akan semuanya baik-baik aja. Lo nggak bisa jujur dalam berpendapat, karena annti bakal menyinggung orang. Lo harus selalu pasang topeng dan fake smile setiap keluar rumah dan masuk ke kerumunan orang. I mean really?? Lo udah jauh-jauh dragging your body sampe ke tanah kuliah, tapi mental masih nggak berubah juga? Luar biasa.

Another thing yang bikin gue gusar adalah presiden. Kalo ngomongin ini mungkin bakal banyak yang tersinggung kali yah? Yaudah nggak usah diomongin. Yang pasti gue kasisan sama presiden yang selalu ada aja dicari kesalahannya sana-sini. Doi nunjukkin kegiatan yang baik katanya pencitraan. Doi gimana dikit dinyinyirin. Salut sih gue sama gimana dia bisa menghadapi haters dan orang-orang ternyata kalo udah nggak suka bisa sampe menggila ya?

So now kita ke Palestina. Gue kebetulan nge-follow salah satu akun yang selalu meng-update keadaan disana. Setiap detik ada aja yang meninggal atau cidera gara-gara di hantam sama bom atau pelurunya tentara Israel. Sedih banget gue bacanya dan yang pasti nggak habis pikir. Gila ya, makin lama nyawa manusia makin nggak ada harganya. Orang-orang bisa gampang banget nyabut nyawa orang lain. Padahal mereka sama sekali nggak ada hak buat ngelakuin itu. Lebih gilanya lagi banyak negara yang seakan nggak peduli sama mayat-mayat rakyat Palestina yang bergelimpangan di sana dan mereka lebih memilih ngedukung yang semestinya nggak di dukung. Semestinya.... Tapi sekarang lagi trend yah kayaknya? Zaman dimana yang benar itu disalahkan dan yang salah itu dibenarkan. Sekali lagi, luar biasa. Belom lagi media seakrang udah bener-bener nggak netral. Puluhan ribu orang diseluruh dunia berdemo untuk kebebasan Palestina, tapi nggak ada yang disorot. Nggak cuma Amerika, Inggris, dan Jerman yang mendukung Israel untuk ngebombardir Gaza atas dasar "membela diri", tapi juga beberapa orang juga ada yang mendukung. Yang kocaknya mereka malah nyuruh kita-kita yang mengecam untuk mengkroscek kembali alasan mengapa si Zionis ngelakuin hal itu dan jangan langsung berkoar-koar. Gue liatnya cuma bisa senyum miris. Ternyata bener, hati nurani manusia kebanayakan udah mati. Mungkin posisinya harus dibalik, doi jadi orang Palestina yang sekarang lagi nggak bisa tidur gara-gara denger suara meledak dimana-mana. Gue rasa sebelum doi dibunuh tentara Zionis, dia udah bunuh diri duluan karena nggak kuat ngadepinnya. Salut gue sama perkembangan kualitas manusia. Makin lama making merosot, Bung. Mari tepuk tangan.

Gue melihat dunia makin lama udah makin nggak kekontrol sih. Huru-hara dimana-mana, orang makin gila kekuasaan dan meng-Tuhan-kan uang. Makin nggak bisa bedain lagi mana yang bener dan mana yang salah. Anak-anak mudanya makin nggak peka dan aware sama "musuh" yang sebenernya dan yang tua making ngasih contoh nggak bener. Selalu dan selalu gue mengingatkan diri sendiri untuk jangan pernah lengah. Bumi ini seperti medan perang. Perangnya kita bukan dengan senjata atau sebilah pedang, tapi dengan kemawasan diri dan keimanan. (Mengingat iman gue yang masih tipis kaya sehelai rambut, gue juga takut gue bakal kalah perang). Kita pun perangnya bukan sama musuh didepan yang lagi lari-lari bawa golok buat ngebunuh kita, tapi sama arus kanan-kiri yang membuat kita jadi makin jauh dari jalan ditetapkan (yang katanya kuno itu) kita bisa mudah untuk membedakan. Contohnya gini deh, dulu emang lo pernah ngeliat orang pamer badan dijalanan? Pake crop t-shirt atau celana super pendek? Nggak. Malah kalau ada yang kayak gitu, pasti langsung diliatin sinis sama orang-orang. Apalagi kalo kita lagi jalan sama orang tua kita dan kebetulan ngeliat gituan, pasti langsung dikomenin. Coba kalo sekarang lo nyinyirin orang kayak gitu, yang ada lo dipedesin "Baju-baju gue. Mau apa lo?". Dari situasi-situasi itu kita yang muda-mua dan baru lahir ini bisa jadi ngeh "Oh ternyata nggak boleh ya kayak gitu?". Bedain sama sekarang. Orang-orang penyuka sesama jenis aja di dukung habis-habisan dan malah ada parade nya dimana doi cium-ciuman sesamanya sambil joget-joget diiringi musik dugem diatas karavan atau truk terbuka. Orang liberal juga sekarang banyak kan yang dukung? Padahal landasan pemikirannya nggak jelas apa. Mau semenyimpang apapun juga pasti banyak yang ngedukung. Nah yang begini-begini yang bahaya. Sekarang mayoritas berada diposisi yang salah. Teruntuk generasi-generasi penerus dan dedek-dedek muda kaya kita-kita cobaannya akan jauh lebih sulit dan kita dipaksa untuk berpikir lebih keras. Yang terkenal dan banyak supporter belum tentu benar. Kalau salah-salah mikir bisa masuk lubang buaya dan susah keluarnya.

Gile, udah banyak aja gue nulis. Yaudah deh gue stop disini aja. Have a nice day everyone!

1/18/2021

What The Heck Am I Writing?

"Im too busy doing what other people want me to do. When will I have a chance to live my dream?" -Dean Dwi Lestari, 21 tahun, mahasiswi yang masih dilanda keraguan


Sebulan ini gue punya banyak banget waktu merenung. Bangun tidur merenung, siang nonton youtube lalu merenung, sore denger lagu sambil merenung, malem-malem ngecek twitter sama instagram disudahi dengan merenung.
Pertanyaannya :

    1. "Lo nggak ada kerjaan apa gimana, Yan? Kok merenung mulu?"
    2. "Apaan sih yang lo lamunin?"

Jawabannya simpel : Kepo deh! Gue emang lagi disuruh merenungi detik-detik yang diberikan dan gue bingung.

Diatas gue tulis kalau gue masih dilanda keraguan dan itu benar adanya. "Coy, elu udah 21 tahun, temen-temen lo udah pada selesai sempro sama lagi revisi skripsi. Lo masih disini aja pake acara ragu-raguan segala.".
Banyak komentar.
Iya, gue so far nggak excited sama apa yang gue kerjain. I'm too busy doing what other people want me to do, so i don't have any chance to do things I enjoy doing. Pasti lo pernah deh ngerasa males sama rutinitas lo, kerjaan lo, yang sebenernya adalah kewajiban lo. Entah sebagai anak dari sepasang ibu bapak, pelajar, atau sebagai manusia juga boleh. Disini lo itu pasti bingung : Kenapa ya kok gue nggak excited sama hidup gue?
Masalahnya bukan di diri lo yang merasa orang lain selalu mendapat lebih dari lo, bukan. Bukan karena diri lo yang tidak bersyukur. Eits, kalau yang satu ini harus dipikirin lagi. Bisa jadi kita nggak bersyukur makannya kita nggak excited. Tapi kan jalan hidup lo adalah pilihan lo? Nah, ini dia. Bener nggak sih pilihan gue?
Sebenernya bullshit banget lah kalau hari gini--udah tanggung--tapi masih mikir, masih ragu, masih nggak yakin, dan meraba-raba jalan. Harusnya ya jalanin aja, paksain.
Tapi disini gue merenung lagi. Harusnya gue tau apa yang gue mau dan suka. Walaupun hidup ini nggak semata-mata selalu ngelakuin apa yang lo mau dan suka. Kalo kayak gitu gue rasa manusia nggak akan pernah belajar dan bakal jadi selfish bastard.

Tapi tetep, menurut gue hidup gue yang sekarang nggak bikin jalanan didepan sedikit tidak berkabut. Buktinya gue nggak kepikiran sama sekali gue bakal ngapain. Apa gue bakal ngejalanin yang namanya sidang di depan penguji-penguji uni, gue mempresentasikan skripsi gue tentang sesuatu yang berhubungan dengan perhotelan yang memberi kontribusi buat jurusan dan disitu gue nunjuk-nunjuk layar powerpoint sambil ngejelasin tentang skripsi bak orang paham yang menguasai semua praktek dan teori selama kuliah. Dan setelah lulus S1 gue nyari beasiswa ke Inggris demi nge-fulfill british dream gue, terus gue kerja di sana sambil visit-visit santai eropa tiap free. Gue nggak kepikiran apa-apaan.
Mungkin gue bakal lulus. Mungkin gue bakal sidang di depan penguji sambil cuap-cuap kayak lulusan yang meyakinkan, padahal internship aja lagi usaha dapetin. Mungkin gue bakal lanjut S2 dan di hire publisher buat nulis. Nggak ada yang nggak mungkin, tapi--I'm telling you--gue belom mikir sampe sejauh itu soalnya gue bingung.
Lagi-lagi gue bilang gue bingung, ditambah ini tulisan udah ngalor-ngidul kemana-mana. Intinya gue bertanya lagi, "Bener nggak ya ini yang gue mau?". Itu sih yang selalu gue tanyain ke diri gue. Apa bener gue beneran mau jadi wibawa-wibawa nada bicara tenang pake baju kayak back office, makeup lebih enchanting, ngerjain hal-hal perhotelan yang pun lagi weekend tapi kerjaan malah makin hectic? Gue masih dengan mindset gue yang lama : Gue adalah Dean yang waktu SMA dapet ranking nya di bawah, Dean yang nggak pernah lepas dari headset, Dean yang selalu baca wattpad di belakang kelas, Dean yang rada malu, Dean yang kalo temenan banyakan gapernah awet, Dean yang mikirnya suka beda dari yang lain, dan Dean yang suka perang sama mood dan emosinya. Gue butuh cerita tentang seseorang yang moody tapi bisa lulus kuliah dan sukses, biar gue jadi merasa di dorong ampe jauh.

Gue punya temen dari luar kampus dan kita cerita-cerita aja. Dia cerita tentang dia yang semester ini ada ujian, selebihnya kayak proyek-proyek asik. Juga tentang kuliah dia yang ada tugas bikin video, nyari-nyari buku, hal-hal yang berbau ngetik2 di laptop, dan hal-hal--yang--menurut--gue--enak lainnya. Terus di sela-sela ngobrol gue pun merenung "What are you doing, Yan?". Lalu terjadilah percakapan didalam otak gue (masih waktu di sela-sela ngobrol. Iya coy, otak gue juga bisa multi-tasking) :

Dean 1 : "Yan, did you just hear that?"
Dean 2 : "what she just told me? Yeah, sounds like what you want, huh?"
Dean 1 : "Iya, ege. Bayangin lo kuliah kayak gitu. Pasti lo bakal enjoy banget."
Dean 2 : "I did want to study kayak gitu kan, tapi dibilang kerja nya mau jadi apaan nanti."
Dean 1 : "What were you thinking choosing that major?"
Dean 2 : "Dunno."
Dean 1 : "You should've studied something else or at least SOMETHING ELSE."
Dean 2 : "Dude, my parents are happy because I got to ptn immediately after graduating."
Dean 1 : "So what? Nggak ada bedanya kalau lo dulu ikut tes lagi. Lulusan sarjana ya lulusan sarjana."
Dean 2 : "Nggak gitu, ege. Gue yakin pasti ntar ada advantage-nya."
Dean 1 : "Seriously, lo mestinya ambil jurusan yang lo Mau, bukan yang penting Negeri."
Dean 2 : "Grrrr..."
Dean 1 : "Lo stress kuliah mulu itu hasil pilihan lo sendiri."

Dean beneran ngomong ke temen :"Arghhh.... Gue jadi pingin cuti aja."

Hasil renungan gue kali ini, ternyata bener : life isn't just about doing what you love and want to do. You'll be able to learn more about life and yourself when you push the envelope and get out of your comfort zone. Mungkin gue nggak akan pernah bisa ngomong kayak gini kalau gue lagi kuliah asik-asik mikir ide buat video, atau lagi ngetik-ngetik di laptop, atau lagi ngumpulin buku buat mata kuliah semester ini. Dan bener, orang punya cara menuju suksesnya masing-masing. Orang punya cerita dan takdir masing-masing. Orang punya cobaan masing-masing, dan Tuhan punya cara masing-masing dalam memberi pelajaran hidup dan mensyukuri nikmat yang udah Dia kasih ke hambanya.
Iya sih, mungkin sekarang-sekarang gue lagi nggak bersyukur aja. Masih untung gue bisa kuliah. Walaupun indeed setengah mati banget gue nyelesain tujuh semester. Dengan kapasitas minat gue yang sedikit, tapi gue menghadapi sesuatu yang huge. Lebay sih kedengerannya, tapi kuliah disini emang sulit nggak pakai terkecuali. Problem tunggal : dosen. Semua terbentur karena dosen.

Back to my question : We picked our own path. Did you pick yours thoughtfully?

1/12/2021

Tue 10:57:23 AM

Beuh...
Januari udah minggu ketiga aja. Terus tiba-tiba nanti februari. Kemaren perasaan baru denger kembang api berisik-berisik di luar.

Kalo lo pingin banget tau isi otak gue sekarang apa, pasti yang lo liat cuma tentang kuliah doang. FYI, gue belum dapet tempat magang dong dan itu belum LEGA banget. Jadi sejak awal januari kemaren ampe hari ini gue harus menjalani research tempat magang. Dari hari pertama yang gue panik abis gitu, seselesainya nyari gue langsung nangis gara-gara bingung enggak tau apa-apa dan nggak ada yang ngebantuin gue, sampe akhirnya gue nonton video beasiswa nya jerome polin sendirian di ruang tamu, tapi sebenernya 70% semangat sedikit jadinya. Jadi urutannya begini :

1. Finding Motivation : Gue harus menonton beberapa video untuk memberi gue kepercayaan kalo gue harus semangat terus. Ini ngga gampang, karena rasa nyerah itu datengnya suka tiba-tiba dan waktunya nggak tepat.
2. Seek & Fight : Intinya gue nyari tau ada berapa tempat yang masih bisa di jangkau sama motor. Sementara gue nyari bolak-balik tempat nya terus alamat nya terus email buat hubunginnya. Mulai dari cari email, nulis email, dan kirim emailnya gitu lah. Tidak semudah itu mencari alamat email untuk bertanya.
3. Wait & Believe : Ini butuh kesabaran. Gue udah kasih beberapa email ke beberapa tempat untuk dapet info. Nah ini tuh ibaratnya urutan ter-wownya gitu. Jadi proses-proses nunggu dan percaya udah mulai "goyah" dan mulai ada pikiran nyari "kemana" lagi gue mampus.
4. Think & Make Decisions : Gue dikasih waktu mikir buat ngambil resiko yang selalu gue hindari untuk diterima di tempat magang. At the end gue mikir kayak mesti ngambil resiko atau percaya pasti ada tempat yang lebih baik.

Apa yang gue dapet dari nyari magang ini? Sakit di kepala. Iya coy, kepala gue sakit. Soalnya gue harus nahan rasa nyesek terus kecewa dan nahan gue buat jangan overthinking menuju ke usaha ayo maju terus maju. Jadinya beban kepala gue di tumpu sama proses maksain buat nolak emosi negatif. Alhasil badan panas pilek udah kaya pengen tidur aja seharian.

Gue juga sekarang lagi nyiap-nyiapin buat ujian nih. Tanggal 15 gue ujian msdk, dan terakhir tanggal 16 yaitu webinar. Buat webinar sih gue kayak reflek aja pas daftar. Kayaknya karena lagi gumoh sama kampus sendiri. Lah terus? Gue ikutan webinar buat tau univ di luar kek gimana. Asli ya udah mau masuk semester akhir tapi gue ampe sekarang masih nggak ngerti kapan gue bisa lulus. Jurusan gue terlalu sulit dimengerti, man. Gue angkat tangan deh. Maksudnya gini, sesusah-susahnya idup aja, kalo diimajinasikan dan diikutin jalan ceritanya tuh masih bisa dimengerti. Malah nggak jarang gue yang jadi "wow" sendiri, karena gue berasa lagi baca buku Harry Potter (saking magicalnya). Jurusan gue tuh lain. Dia terlalu nyata sampe akhirnya nggak menarik lagi dan dia terlalu sulit untuk dimengerti. Menurut gue ngapain ngejar-ngejar yang bikin orang ngerasa lagi jadi kuda pacuan. Udah jelas-jelas timing orang suka beda-beda atau udah jelas si ini nggak bisa ditarik mulu tali kuda nya gara-gara narik nya terlalu kenceng. Kenapa masih harus dikejar terus dan nggak ngebiarin jadi kuda yang lari sendiri dulu? Dafuq.

Sekarang lo mau gue cerirtain apa lagi? Kehidupan pribadi? Kuat aman superrr... Hati tentram dan damai lah pokoknya bersama lagu maher zain dan video lele. Semoga kaya kata si lagi "Selamanya akan begitu..".
Btw, ada satu nih yang baru aja gue sadari. Kalo dulu tuh gue sering banget bete, tapi besoknya udah redaan. Sekarang gue lebih jarang banget bete, tapi kalo sekalinya bete males nya bisa ampe seminggu. Gimana nggak pusing ini gue ngadepinnya-__-
This entry was posted in

1/03/2021

Cerita-Cerita, Foto, dan Video (Judulnya Nggak Kreatif)

Fiuh udah tahun 2021 aja ya sekarang. Gila, waktu tuh cepet banget berlalunya. Baru kemaren kayaknya gue dengerin kembang api di rumah pas tahun baru 2020. Sekarang udah ganti tahun aja. Ngomong-ngomong gue kayaknya masih libur nih. Kampus belum kedengeran gitu mulai nya kapan dan deadline bayar ukt kapan. Tepat banget sih, gue kayak masih butuh-butuhnya banget days off. Tapi semester depan kayaknya mulai pkl. Bingung-__-

Postingan klasik di awal tahun itu biasanya tentang resolusi di tahun baru. Tapi sebelomnya gue mau mereview dulu apa yang udah terjadi di tahun lalu. Apa aja ya? Beuh... Banyak. Kalo bisa nih ya tahun 2020 gue nyatakan sebagai tahun terabsurd selama 21 tahun gue hidup. Man, 2020 tuh ibarat guru buat gue. Banyak banget ngajarin gue dan mengubah mind set isi otak ini dan perasaan ini *apa sih?*. Nggak nggak, beneran ini. Terus tahun lalu gue juga banyak dapet pengalaman-pengalaman menarik. Mulai dari menyatukan 7 kepala dalam 21 hari, korona mulai muncul yang bikin gue sempet agak takut, kuliah online yang menggunakan dapur rumahan pribadi *mantep*, kakak gue lamaran dan menikah, ibu gue yang penyakitnya nggak ketauan medis, ketemu anak-anak muda via online pas praktek ngajar daring, maksain diri buat nahan marah nangis pas ngurusin ade gue sekolah online, sampe ketemu dengan rasa kesepian. Keren banget kan. Bener-bener tahun yang menguras perasaan dan pikiran nyampe gue berasa dicecer soal ayo sabar ayo. Walaupun pahit-pahitnya hidup gue terjadi di tahun yang sama juga, tapi tergantung gue ngeliatnya gimana coy. Kepahitan itu gue pandang sebagai bahan pendewasaan biar gue bisa jadi manusia yang lebih baik. Hidup itu indah sebenernya kalo dipikir-pikir. Lebih seru dari roller coaster mana pun.

Tahun kemaren membuat diri gue salut dan bangga sama diri sendiri, jadi ada lah gue merasa makasih banget udah bisa bertahan tahun ini. Yang mana tahun ini tuh gue merasa belajar menjalani setiap detik menit jam hari minggu bulan dengan diri gue sendiri, tapi rasa kesepian tetep ada sih. Tapi nyatanya gue tetep bisa ngerangkul diri gue. Perasaan terindah buat sadar orang-orang yang gue anggep temen taunya gue doang yang ngerasa temenan haha.









Terus sekarang sepertinya gue sadar gitu. Sebenernya gue ni kurang beruntung soal pertemanan. Kayaknya gara-gara pertemanan buat susah seneng sedih dari masih sekolah sampe kuliah dan seterusnya itu belum ditakdirkan buat gue, terus gue jadi sedih setiap kali inget dulu gue selalu siap sedia pas temen gue galau sedih bosen butuh jalan-jalan butuh tebengan dll. Bodoh ya gue. Kayaknya emang belum beruntung. Yaudahlah yaaaaa...... 
Anyways, gue sempet ngupload video lagi lohh... Kali ini bikin karena bosen bukan karena niat. Nunjukkin barang gitu doang sih. Nih nih nih *kasih unjuk*