7/30/2021

Blue Sky Collapse

Tadinya pagi ini gue mau tidur lagi, tapi gue inget hari ini sabtu, dan ternyata gue salah print kalender soalnya sekarang jumat. Hari ini gue masih banyak pikiran. Biasa lah suka random, tapi gue nonton kdrama aja. Sekalian nemenin gue daripada makin diem makin mikir.

Terus barusan gue muter lagu Blue Sky Collapse nya Adhitia Sofyan. Nice.

Akhir-akhir ini gue galau. Nggak galauin siapa-siapa, asli deh. Lebih ke ngegalauin apa. Sewaktu lagu ini gue dengerin, gue sembari flashback ke masa lalu, masa di kala gue masih remaja belasan tahun. Dengerin lagu Adhitia Sofyan yang gue puter secara berbayar di spotify gue sendiri, karena gue suka dengerin lagu apalagi soundtrack drama atau film. Singkat cerita, lagu-lagu dia udah dua yang gue dengerin dan gue suka setel di Spotify. Lagu-lagu doi nemenin countless sleepless nights yang berlalu hanya karena gue lagi into internetan banget sampe nggak rela kalo waktu internetan gue dipake buat tidur. What did I do? Ngeblog dan blog walking. Blog walking, kata yang udah lama banget nggak gue denger. I remember scrolling through other blogs yang randomly gue temuin malem itu. Semaleman gue baca blog orang. Iya, isi blog orang lain masih seseru itu sampe bikin gue tidur pagi. Mereka se-freely itu cerita apapun di blog. Semuanya hanya kata-kata. Satu sampai dua foto mungkin disisipin di postingan biar nggak terlalu bosen. I loved reading their stories and I loved writing mine, too. Selain buka tab blogger, gue suka sekalian buka artikel tentang kesehatan mental orang lain dan how they deal with it. Iseng-iseng scrolling pagenya. Gue suka ngebaca-bacain komen-komennya karena isinya nggak ada yang ngejudge cerita mereka dll (Iyalah, tema websitenya aja menyangkut mental seseorang. Duh.). But that was my favorite, because I adore their bright and colorful yet calming stories. Satu lagi, gue dulu suka buka Friendster. Duh, iya Friendster. Website ini udah nggak ada lagi ya sekarang? Padahal seru banget. Lebih seru dari Instagram, Facebook, sama Path. Kapan lagi lo minta orang lain buat ngisi kolom Testimonial lo? Kapan lagi juga lo bisa ngedekor sendiri profile lo pake tulisan glitter? Mungkin saat itu Facebook udah ada, dulu gue ngerti cara maen Facebook tapi sekarang gue nggak ngerti. Tapi, konsep ngasih gifts lucu yang bisa keliatan di sidebar profile kita masih sulit gue pahami sampe sekarang.

Youtubers yang dulu gue selalu tontonin videonya, yang bikin gue terpingkal-pingkal dengan jokes bule recehnya mereka, udah nggak pernah upload video lagi. Instrumen-instrumen enak yang suara gitarnya bagus ya depapepe yang selalu gue dengerin. Sekarang Youtube isinya makeup tutorial plus vlog manusia dan artis yang semakin eksis di dunia maya, padahal gue kalo nonton nggak terlalu menikmati sih. Blogger juga udah sepi. Anak-anak hipster angkatan awal udah pada nggak ngeblog lagi kayaknya. Udah pada ilang entah kemana. Walaupun gue suka nggak paham, tapi gue suka aja baca tulisan mereka yang sengaja dibikin misterius ala-ala pujangga dengan gaya bahasa yang tersirat bikin penasaran itu. Sementara gue masih menulis blog seperti tahun lalu. Kayaknya gue nggak mau give up sesuatu yang mengikat gue dengan masa lalu. Sama seperti gue sulit banget untuk lupa orang-orang lama atau kenang-kenangan orang lama. Iya, sesulit itu gue untuk move on.

Semakin gue tua gue sepertinya semakin sensitif. Buktinya tiap kali gue nonton atau inget hal-hal dari jaman dulu, gue jadi mendadak melankolis kaya sekarang. Kayaknya gue nggak terlalu suka sama masa sekarang dan kenyataan kalau gue nggak bisa balik ke masa lalu bikin gue jadi sedih. Jaman dulu semua kayaknya tentram banget. Everything was meaningful. Everyone was genuine. Sekarang semuanya nggak berarti. Lagu-lagu baru udah nggak asik lagi untuk didengerin. Nggak bisa lagi nemenin gue menjalani sewaktu tempo, sehingga gue bisa inget terus sama momen tersebut setiap kali gue denger lagunya. Kebersamaan udah nggak indah lagi, karena sekarang manusianya terlalu sibuk selfie bareng biar bisa diupload di Instagram dan Status WhatsApp. Maybe it's just me, but I feel everything has changed completely. Apa mungkin karena gue semakin bertambah tua, maka hidup jadi bertambah sulit? Apa mungkin karena gue semakin dewasa, maka gue jadi makin serius sehingga gue nggak bisa menemukan momen-momen indah yang gue dapetin di masa lalu? Atau mungkin pikiran gue udah terlalu carut marut, sehingga nggak mau lagi dipenuh-penuhin sama lagu apapun?

Dunia juga sekarang dipenuhi dengan orang-orang baru. Manusia kayaknya sekarang makin banyak sampe gue nggak kenal lagi muka-mukanya. Tempat dulu berasa sempit, karena orang yang muncul dipermukaan ya dia-dia doang. Orang-orang lama pada kemana ya? Mungkin udah pada punya dunia masing-masing kali ya. Mungkin ini yang namanya regenerasi. Yang lama-lama udah pada pensiun, digantiin sama yang baru.

Tapi masalahnya yang baru kurang asik, kurang seru.

I just play Adhitia Sofyan's full album. Songs that I used to listen to one year ago. Kayaknya untuk beberapa hari ini gue akan dengerin lagu-lagu ini terus sambil mengenang masa lalu.

Still everyday I think about you
I know for a fact that's not your problem
But if you change your mind you'll find me
Hanging on to the place
Where the big blu sky collapse 

0 Comments:

Posting Komentar