12/10/2019

It's.... Um

Minggu kemarin dan akhir-akhir ini saya kebetulan lagi mendem di kamar mulu, keluar rumah seperti saat mau berobat aja. Akhirnya datang juga hari dimana saya agak muak dengan diri saya dan sakit saya, sembari mikir kenapa saya sangat tidak bersemangat dan bergairah idup.

Jumat kemarin saya beserta keluarga saya berkunjung ke poliklinik (ternyata sepi disana, nggak serame biasanya saya kesana). Berhubung kami bertiga yaitu saya, kakak saya dan ibu saya sedang sakit juga. Kami datang ke poliklinik. Jadilah saya berobat untuk berharap agar cepat sehat seperti hari senin minggu kemarin. Kebetulan sekali hari itu cuaca nya lagi bagus. Matahari ada namun agak terasa dingin untuk saya. Sampai di poliklinik kami seperti biasa daftar terus nunggu dipanggil dan masuk ke ruangan dokternya, setiap saya kesana biasanya saya sendirian, karena memang saya terbiasa apa-apa sendiri.
Saya pun akhirnya pulang ke rumah dengan membeli nasi padang karena kakak saya ingin nasi padang.

Di hari sabtu nya mood saya ternyata nggak terlalu bagus. Saya bangun kelewat siang, jam 10. Di luar udah terang sekali dan handphone saya masih mati karena nggak saya charger. Ternyata saya males ngecas semalem. Saya menemukan diri saya sangat malas berinteraksi dengan orang-orang, entah di line ataupun whatsapp ataupun secara langsung. Berapa lama saya merasa seperti itu? Sampai saat ini.
Di hari minggu nya, saya mutusin untuk bersihin kamar sore itu, karena saya sering nonton kalau mood akan merasa lebih baik kalau lingkungan lebih rapih atau bersih. Apalagi kalau declutter, tapi dipikir-pikir apalagi yang mau saya kurangin dari kamar saya. Bodo amat lah. Lagi nggak mood nih. Masa kesel mulu sama diri sendiri.
Setelah mandi dan berberes (ngomong-ngomong 3 hari itu saya baru mandi pas hari minggu lho), saya ngecek Youtube untuk nyari tontonan yang bisa membuat saya semangat lagi. Ternyata nggak ada, nggak berefek. Dengan berbekal ketidakberfaedahan untuk melakukan sesuatu, Youtube untuk pelariannya, dan Instagram (yang juga untuk mengisi kegabutan), saya pun sans.

Nggak salah minggu-minggu kemarin itu saya nonton Youtube. Saya nggak bisa berenti jadinya. Kalo saya bilang mah "forget about real life". Sinetron yang saya temuin terlalu sayang untuk ditinggalkan, vino g bastian nya ganteng, anneke jodi nya keren, kanaya nya lucu. Bener-bener bikin saya kecanduan buat nonton segala yang berhubungan sama vino. Yang saya suka adalah vino terlihat alami entah di sinetron atau ftv. Saya bisa merasa pikiran saya mulai menggambarkan tentang betapa kerennya vino, senyum-senyum sendiri, ketawa sendiri, kesel sendiri karena melihat sinetron dan ftv. Ditambah lagi dengan saya yang sekarang makin lama merasa males sama orang-orang di kehidupan nyata saya. Hal-hal itu yang-kayaknya-bikin saya merasa terlalu hidup tapi di dunia harapan, ekspetasi dan khayalan, tepatnya di imajinasi saya sendiri. Terus oonnya baru hari minggu saya sadar "Oh, gue agak ansos ya sekarang?"
Lesson learned : kalau lagi sendiri nggak usah liat-liat aktor yang ganteng, dunia imajinasi bisa bikin bucin kayak gini. Rugi banget kan pikiran lebih dominan ke impossible imagination, tapi ujung-ujungnya terlalu tenggelam sama dunia imajinasi yang bikin bucin dan bikin agak stress :p

12/01/2019

It's 3.46 pm

20 years trying to put all things together. So i can get a perfect life. Studying so hard to be the best for myself and to create my future that i've been dreaming of. Because I know, people will never support me nor understand what I'm doing. They just keep judging and tell me that I'm not good enough. They told me that I'm not a good kid, because I'm not as good as they want. I keep telling lies, because I want you to know that I appreciate myself and I'm still a grateful person. I'm fucking a grateful person even though I never said that with quotes with you or status update so everyone knows.

He told me I'm not a good mate, because I'm not the right person to be with, I'm not a good choice you said. I'm overthinking, dramatic, and a sadness girl. You said I'm a sadness girl. I have my own reason to be sad. What a terrible life I've been through, you can't even imagine how much pain deep inside my heart. I never told anyone, because no one cares. I might be strong outside, but you don't know what I do every time I'm alone. Staring at words, social media, useless thingy. Pretending that I'm doing fine and I will doing fine. I'm not fine at all. Thinking about how can I change my life. Wondering what I am actually good at.

I thought I had someone. But I just found out I don't. And it feels suck. Every day wondering what is wrong with me. Am I the one to blame? Is it me or you guys suck? What the hell is wrong with you? Why can't I be free? Why can't I be needed? Why am I always lonely somehow?

Stop thinking that I'm strong. I'm not. I'm definitely not. I wanna feel what love really is. I never felt that before. Or maybe I'm not sensitive enough to feel it?

Right, this is my fault. I keep telling myself that everything is gonna be okay. I keep telling everyone I'm okay. I'm not fucking okay and I will never be okay.

And I hate knowing that you're not around me, they're not around me and you kicked me very gently and you don't realize that, they do it, because you forget me, they forget me. You hella forget me. They hella forget me. You're not even trying to help. They're not even trying to help.

They hella really really my good friend. You really really my good friend. You showed me what a good friend is. They show me. How good a friend is it. Thank you! I'm fucking grateful to know all of you 😄

11/24/2019

Kopdar Ke Ciletuh

Hari sabtu minggu lalu gue sangat-sangat lelah sekaligus seneng. Soalnya gue dua hari pergi sama keluarga gue ke Ciletuh 😁

Gue punya beberapa fotonya nih. Cekidot!











Hari itu hari paling lama a.k.a nggak tau jalan. Jadi agak sedikit bosen 😂
Pulang minggu jam 10 pagi sama anggota klub mobil lain. Lewatin jalan pas berangkat biar nggak ekstrim. Tapi jadi misah itu, tinggal dua mobil doang yang bareng.
Nyampe rumah jam 8 malem. Selamat, saya senang karena tidak ada sinyal dan menikmati alam :)


/bye

11/18/2019

Well...


Sesebel-sebelnya gue sama negara gue beserta isinya, gue tetep sayang sama Indonesia karena tempat ini tempat gue lahir dan nemu berbagai karakter manusia.

Mungkin bagi kalian yang deket sama gue, yang suka ngobrol sama gue, atau yang kenal gue deket. Pasti tau kalau gue itu dari dulu suka mengomentari negara gue beserta orang-orangnya. Dikarenakan hobinya mengomentari dan ketidakingintahuan serta mudah menjatuhi seseorang dengan ucapannya, gue pun suka emosi terhadap hal-hal tersebut.
Dulu gue kira dengan gue kuliah, gue akan puas. Membayangkan tidak ada lagi namanya tinggal sama keluarga, gue survive sendiri kemana-mana, pergi ke kota lain dan mencari tau gue orangnya seperti apa, ketemu orang-orang baru dari daerah lain, nggak heran kalau gue waktu itu tidak sabar untuk cepat-cepat kuliah dengan harapan gue belajar buat tahan banting.

Setelah hampir 3 bulan dimulai dari agustus tahun ini, bisa dibilang gue kangen diri gue. Mungkin lebih baik kalau gue bilang, gue kangen dengan semangat gue pas bangun tidur. Entah mengapa 4 bulan yang lalu asam-manis hidup gue benar-benar melekat di pikiran. 3 bulan yang lalu gue akhirnya menemukan alasan kenapa gue harus cinta sama diri gue. Gue nggak cinta gue nya, gue cinta otak dan hati gue yang fokusnya masih seimbang.
Kegembiraan dan kesedihan yang pernah gue alami benar-benar menjadi belati yang tajam, yang cukup menusuk disaat gue lagi sendirian. Dari situlah hadir akun kedua dari instagram gue, untuk cerita apa aja yang lagi gue rasain, gue pendem, dari ketawa nyampe nangis, sampe pas gue liat gue nangis di akun gue itu gue ngetawain diri gue dan ngomong "gila ya lu sesedih itu apa yan dulu".
Seperti sekarang, gue seharusnya ngerjain tugas buat besok. Tapi lagu-lagu yang tershuffle di Spotify mem-flashback banyak cerita. Gue pun meninggalkan tugas gue untuk nulis blog, aktivitas yang bisa bikin gue nggak sendiri.
Lagu-lagu ini mewakili setiap kejadian yang gue alami. Superheroes nya The Script membawa gue ke bulan Agustus-September 2019, bulan paling berat di tahun ini. Nggak tau kenapa lagu ini selalu bikin gue gundah, sampai sekarang. Sewaktu Spotify memutar lagu The Script yang berjudul Six Degrees of Separation, gue jadi keinget kalau gue orang yang terbebani untuk masalah perasaan. You've read the books.You've watched the shows. What's the best way no one knows. Meditate, get hypnotized. Anything to take it from your mind. But it won't go. Sementara lagu-lagu Maudy Ayunda, sudah pasti kalian tau kemana lagu ini membawa gue. Bukan kemana, melainkan ada apa dengan gue.

Gue kesel, gue marah. Gue susah lupa akan suatu hal. Gue butuh bekerja sama dengan hati gue untuk bisa mengabaikan kejadian yang berbau perasaan, tapi yang muncul cuma serpihan-serpihan emosi yang ditahan, yang bikin gue bingung sebenernya gue kenapa.
Gue kangen main sama temen-temen gue, temen deket gue, temen yang gue percaya buat jadi tempat cerita gue. Gue suka cara mereka bikin gue marah, kesel, sedih, senyum, ketawa sampai nangis. Mereka yang selalu nerima gue dengan tangan terbuka saat gue sedih bingung. 

Gue sekarang susah nemuin kalian. Orang-orang pertama yang kalau gue sedih langsung bikin gue harus keluar rumah, nggak ada yang bisa gantiin kalian.
Kalian terlalu berarti.

11/10/2019

A Letter for A Broken Heart

Gue : "Kenapa ya gue selalu jatuh cinta sama orang yang salah? Atau mungkin emang ada yang salah sama gue? Atau mungkin gue belum berhak dapet cinta nya orang lain? Atau mungkin gue belum pantes bahagia sekarang?"

Hati : "We all do it all the time yan :) ini bukan ftv atau film drama romantis, but you have to trust me that happiness is not something impossible. Do you believe that everything will look okay if you believe you will feel happy and loved by someone?"

Life : "You're not alone. Everyone working on it. It's not easy, but don't let one person make you feel worse. You believe me don't you?"

Being hurt by someone is something that you WILL encounter.
Don't be afraid, because it's not something that you should be afraid of.
Don't go away, because it's a reality that you can't deny.
Don't pissed, because one day you'll thank for every adult problem that you've been through.
Be brave and be strong, my friend. You are not a kid anymore. Life goes forward.

How about the current problem and so on?

Growing up is something that you WILL encounter.
Don't be afraid, because it's not something that you should be afraid of.
Don't go away, because it's a reality that you can't deny.
Don't pissed, because one day you'll thank for every adult problem that you've been through.
Be brave and be strong, my friend. You are not a kid anymore. Life goes forward.

11/03/2019

Rasanya Salah Jurusan

Beberapa kali gue bilang ke diri gue. Entah itu awal semester atau semester seterusnya :

"Kok gue ngambil jurusan ini? Gue salah jurusan, tapi sayang gue udah sejauh ini."

Mungkin merasa "salah jurusan" itu agak sering terjadi sekarang. Karena seperti yang gue rasain semakin ganti semester semakin berat juga. Bahkan sekarang banyak di semester mau tua gini yang ngerasa salah jurusan. Begitu juga dengan berbagai keluhan yang dikeluarkan. Hmm, kalau soal ini nggak usah dibahas lah, ya.

Tapi siapa yang sangka, udah hampir mau semester akhir ternyata adalah salah satu highlight dari kesiapan semakin dewasa kehidupan gue sebenernya akan lebih berat dari ini.

Alhamdulillah gue mendapat kesempatan untuk bisa kuliah setelah lulus, Penmaba namanya. Penmaba ini adalah bagian dari ujian mandiri dari Universitas Negeri Jakarta. Jujur, waktu gue daftar untuk ikut ini, gue sebenernya nggak mau. Karena gue nggak ada keinginan ngambil hal-hal yang berhubungan sama pendidikan, gue nggak mau lulus sebagai sarja pendidikan. Itupun gue ikutan karena dorongan dari keluarga yang mau anaknya dapet universitas negeri. Jurusan yang gue ambil aja gue nggak tau kayak gimana. Apa yang akan gue pelajari dan apa pekerjaan setelah lulus? I had zero idea. Tapi menjadi Dean di umur sebelum 20 adalah Dean yang nggak pernah bisa ngelakuin apa yang diinginkan. So, I was like, "okay, here we go again!".

Untuk yang nggak tau apa itu jurusan yang gue ambil, pada hari itu gue mengambil pendidikan kesejahteraan keluarga di Universitas Negeri Jakarta. Selain belajar ilmu keluarga, di sana juga ada akomodasi perhotelan. Semester lalu gue memilih konsentrasi akomodasi perhotelan tersebut.

Intinya, menjadi mahasiswa Pendidikan Kesejahteraan Keluarga ternyata dituntut untuk siap melakukan banyak praktek, seperti tata hidang, housekeeping, dasar boga, dasar graha, penyajian makanan indonesia, pastry bakery dan masih banyak lagi. Karena begitu lah gue merasa salah jurusan, karena gue bukan tipe orang yang suka praktek melainkan teori. Kita harus tau berbagai nama alat makan dari chinaware, silverware dan sejenisnya, cara melipat table cloth yang benar, alat pembersih dan bahan pembersih, dan di tata hidang itu dimana gue selalu mengeluh karena gue stress duluan. Kita juga harus banyak sabar dan kuat mental sama dosen, biar nggak pusing kalo disuruh praktek dari awal yang dimana udah pada lupa. Plus, buat nambah-nambahin pengetahuan, kita suka dateng ke hotel nya langsung. Karena selengkap-lengkapnya alat-alat di kelas gue, pasti hotel lebih lengkap lagi. Yes, ternyata jadi "mahasiswa PKK" itu nggak gampang. Harus kuat mental dan kuat hati sebelum dateng ke kelas. Harus selalu jadi apa yang diharapkan dosen walaupun diem-diem ngeluh kalo lagi ngobrol sama temen.


Pengalaman pertama yang gue dapatkan kebetulan dasar boga. Hanya dalam beberapa menit, gue maaaaaaaaaalessssss banget sama matkul ini. Gue belajar tentang jenis-jenis potongan yang ternyata ada aja ya nama-namanya dan gue belajar masak yang gue males banget deh, gue adalah perempuan yang nggak suka masak soalnya, tapi gue suka makan. Gue belajar dasar graha juga dan itu ternyata belajar merangkai bunga, tapi kadang disuruh bersih-bersih kayak ngepel apa nyapu. Gue juga belajar housekeeping ternyata bahan pembersih ada berbagai macam jenis dari mulai buat yang bahan kayu, stainless dan lainnya. Ketika housekeeping dan tata hidang kadang ada kunjungan ke hotel juga untuk belajar gitu dan itu tentu saja bayar. Dan yang paling menarik adalah akhirnya gue tau hotel dalemnya kayak gimana dan gue tau makanan hotel rasanya kayak apa.

Apakah gue akan tau hal-hal tersebut tanpa gue memilih jurusan ini? Belum tentu. Kepikiran untuk pindah jurusan itu sudah pasti ada, gue daftar sbm lagi tapi gue nggak ikut tesnya. Mungkin yang terpikir adalah di universitas lain gue akan punya temen-temen kayak di jurusan gue yang sekarang nggak ya.

Maka dari itu gue bersyukur banget bisa merasa "salah jurusan", apalagi di jurusan yang mengharuskan gue untuk belajar menyukai praktek. Walaupun membuat pusing dan menekan batin, tapi ternyata temen-temennya baik-baik banget. Dari mereka gue bisa tau kalau suka duka selama kuliah bukan hanya gue yang merasakan. Keluh kesah yang pernah gue denger, membuat gue merasa ayo kita selesain semuanya sampai akhir, karena akan ada hasil yang baik dari sebuah usaha. Terus sekarang sedikit-sedikit gue jadi ngerti proses perkembangan diri, proses mencintai diri sendiri dan proses peduli dengan diri sendiri. Di kuliah bukan cuma tentang matkul yang gue pelajari, tapi ternyata proses belajar pembentukan diri dan belajar memahami diri sendiri cukup memakan waktu yang lama. Belum lagi gue juga pulang pergi kuliahnya, harus ada proses kuat fisik biar nggak gampang tepar, mengatur waktu harus bangun jam berapa dan berangkat jam berapa, mengatur emosi kalau ditinggalin bis padahal gue udah deket, mengatur kesabaran kalau bisnya munculnya lama pas gue pulang kuliah. Intinya yang orang lihat jurusan gue itu nggak dikenal banyak orang, sebenernya ada juga jurusan yang kayak gue di universitas lain, cuma mungkin yang lebih terkenal itu kalau nggak tata boga ya tata rias.

Nah, kalau ada orang-orang yang bingung jurusan gue kerjanya akan jadi apa, doi nggak tau aja rata-rata yang kerja suka nggak sesuai jurusannya sama pas kuliah. Karena doi nggak tau karir sebenernya bisa aja dari hobi yang disukai, skill yang sedang diasah dan ilmu yang gue dapet pas gue kuliah yang gue suka.

Nah, gue juga sekarang alhamdulillah udah jarang ngeluh karena kuliah, karena gue udah tau dan ngerti serta enjoy dengan kehidupan kuliah, doi nggak tau aja gimana gue sambatnya karena gue stres banget karena proses memaksakan diri untuk terus maju pantang mundur. Karena gue udah sering ngeluh di semester-semester sebelumnya, gue perlu bebenah diri dan lebih mengapresiasi apa yang sedang terjadi dan apa yang sedang dijalani.

Gue juga tukang ngeluh kok, apalagi kalau udah soal hati :p